Pawai Karnaval HUT ke-78 RI, Asal Usul Perayaan, dan Peninggalan Dinasti Ming

HUT Kemerdekaan RI

ALINEANEWS.COM — Wajah Rafa (6) tampak menyeringai manakala sinar matahari menyentuh tubuhnya, Minggu (28/8/2023).

Saat itu, hari hampir menyentuh pukul 11.30 WIB, ketika ribuan orang berjubel memenuhi tepi jalan utama Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Dia ditemani ibunya, Yanti (36) memilih duduk di sebelah kanan panggung kehormatan, yang berada tak jauh dari Kantor Polsek Tamansari.

Alasan mereka duduk di sana, supaya lebih puas menonton atraksi peserta pawai karnaval memperingati HUT ke-78 RI, yang digelar Pemprov Kepulauan Bangka Belitung.

Berbekal payung, dua orang ini berjibaku mendapatkan tempat duduk yang terbaik, meski sebenarnya kurang nyaman juga.

Pasalnya, ribuan orang juga memiliki keinginan yang sama, menonton pawai dengan nyaman, teduh, dan mengasyikkan.

“Pagi-pagi sudah ambil tempat dulu, jam delapan sudah di sini,” kata Yanti.

Sementara Intan (33), juga tak kalah repotnya. Dia membawa anaknya berusia 4 tahun dan enam tahun dengan berjalan kaki.

Rumahnya memang tak jauh dari Polsek Tamansari, jadi memilih jlan kaki adalah cara terbaik.

“Sulit lewat kalau pakai motor, mau parkir di mana lagi,” ujarnya.

Begitulah gambaran segelintir warga yang bersemangat menonton pawai karnaval di Kota Pangkalpinang.

Sebelumnya, di beberapa daerah lain di Bangka Belitung, sudah menggelar kegiatan serupa.

Pada Selasa ini, ada 191 peserta yang ikut ambil bagian, mulai pelajar SD hingga perguruan tinggi serta umum.

Antusias masyaratak menonton pawai sangat luar biasa. Tak hanya di Jalan Sudirman, sebagai jalan utama Kota Pangkalpinang.

Di kawasan yang dilalui peserta pawai pun tak kalah serunya.

Momentum satu tahun sekali ini, menjadi pengobat rindu masyarakat menikmati hiburan saat HUT Kemerdekaan RI.

Lalu, kapan perayaan HUT RI ini bermula?

Momentumnya pun pas ketika Indonesia sedang masuk musim kemarau, sehingga beragam perlombaan, pesta rakyat, dan pawai ini berjalan lancar dan meriah.

Majalah Pantja Raja menulis, perayaan ini mulai dilakukan satu tahun setelah Indonesia merdeka.

Warga menghias rumah dan gedung dengan janur kuning dan dedaunan.

Ketua Panitia sekaligus Sekretaris Negara Mr AG Pringgodigdo menggelar acara HUT ke-1 RI secara meriah di Alun-alun Utara Yogyakarta.

Kegiatan itu dihadiri Presiden Sukarno, Wakil Presiden M Hatta, Sri Sultan Hamengku Buwono IX, Pakualam VIII, Panglima Besar Jenderal Sudirman, dan tamu undangan.

Ketika tahun 1946 perayaan HUT RI masih mencekam, berbeda suasananya pada tahun 1949.

Terlebih pada tahun 1950, perayaan kemerdekaan dilakukan secara meriah dan bebas.

Kemudian setiap tahun, Kemerdekaan Indonesia digelar semakin meriah.

Salah satu perayaan yang populer adalah panjat pinang.

Rianto Jiang dalam buku Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal karya Fandy Hutari menjelaskan panjat pinang termasuk budaya Tionghoa, sejak zaman Dinasti Ming.

Panjat pinang adalah sebuah permainan bernama Qiang Gu.

Lalu masuk ke Indonesia, ketika Belanda berkuasa di Indonesia pada tahun 1930.

Oleh Belanda, panjat pinang menjadi hiburan ketika kolonial tersebut menggelar hajatan, kenaikan pangkat, dan acara ulang tahun.

Mereka meletakkan hadiah di puncak tiang, untuk diperebutkan oleh peserta, yang umumnya orang pribumi. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *